15 May 2013

Saksi Dua Sisi

Membicarakan dua sisi yang berbeda, mengingatkan isha pada satu kisah di masa lalu. Subuh itu, di kagetkan oleh suara ayah. Pintu rumah kami terbuka lebar, dan motor pun sudah tak ada di tempatnya lagi. Pada masa itu, masih jarang orang yang punya motor pribadi. Mengingat dengan susah payah ayah mendapatkannya, berangkat bekerja sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam. Ayah yang saat itu hanya seorang pendistribusi koran jelas merasakan dampak yang sangat luar biasa. Ku lihat ayah yang bolak balik ke sana ke mari dan mengurus berbagai surat ke kantor polisi. Wajah ayah terlihat begitu kalut. Isha yang masih kecil tak tahu harus berbuat apa.
Perjalanan dari rumah ke tempat ayah bekerja terbilang sangat jauh. Jika saat ini menggunakan angkutan umum di perkirakan sekitar 3 jam perjalanan termasuk macet, banjir dan sebagainya. Yang isha tahu, ayah tak pernah mengeluh.

Seiring waktu berjalan, ayah membuka usaha baru di rumah. Mengikuti jejak kakak laki-lakinya. Isha menyaksikan setiap langkah yang dilakukan oleh ayah. Ayah yang setiap pagi sudah siap untuk berkeliling menjajakan dagangannya, dan setiap sore hingga malam kembali sibuk membuat bahan yang besok akan di jajakkan.

Sedikit demi sedikit buah dari kerja keras ayah terlihat, isha begitu takjub dengan keikhlasan ayah atas segala kejadian  yang menimpanya. Bahkan ada rasa heran, saat menyadari belasan motor terparkir di depan rumah. Itu semua adalah janji Allah atas apa yang ayah lakukan selama ini.

Jika melihat ayah, ada satu magnet yang membuat isha terpacu. Isha sungguh ingin membanggakannya. Melihat kenyataan bahwa secara fisik ayah tak sempurna. Beliau kehilangan tangan kirinya, tapi itu ternyata sama sekali tak menghalangi segala impian yang di miliki ayah.

Dengan kekurangan itu, isha lihat ayah sering bersyukur diam-diam. Ayah tetap bisa mengendarai motor, mobil, dan melakukan banyak hal yang secara logika akan sulit dilakukan dengan kekurangannya. Ayah bahkan menjadi peserta terbaik dalam training yang di adakah salah satu bank terbaik di indonesia. Ayah pernah bilang "Jangan biarkan orang lain mencuri mimpimu." pernah suatu waktu ayah juga bilang "Lakukan yang terbaik, yang kamu bisa." Tahukah, bahwa sampai sekarang itu menjadi motivasi dan dorongan terkuat yang hadir dan memuncak dalam diri ini.

Ayah yang membuat segala rasa ketidak percaya dirian dalam diri, segala rasa negatif yang mendera. Berubah menjadi energi kuat. Jika teman-teman isha begitu takut pada ayah, isha tidak. Kami bersahabat, kami saling berbagi dan bercerita tentang mimpi, cita-cita, segala masalah yang sedang melanda, termasuk mengenai pria. Ayah, sahabat laki-laki terbaik bagi isha. 

Tanpa ayah, mungkin isha tak memiliki keberanian untuk melangkah. Di balik ayah, ada mama yang menemani dan mendorong setiap saat. Mereka, orang tua adalah harta paling berharga yang isha punya. Kebahagiaan yang tak bisa di ungkap dengan kata-kata. Semua cerita, tentang isha. Tentang ayah. Menjadi saksi dua sisi. Sisi suka dan duka. Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dan kelak kita akan tetap bersama di akhirat nanti.

Duh, kok jadi nangis ya.. gara-gara nulis ini ..
Teringat ayah dan mama di rumah, jadi pengen pulang..


15 comments

  1. jadi terharu baca tulisannya, saya yang baca aja terharu, apalagi mbak yang nulis ya

    ReplyDelete
  2. saya terharu membacanya, begitulah perjuangan orang tua kita, smoga beliau selalu Allah limpahkan kesehatan :), salam kenal isha :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin. terima kasih do'anya mbak.. :)

      kita kan udah kenalan mbak :D

      Delete
  3. Masya Allah..., ayah kehilangan tangan kiri :'(
    ayah yang luar biasa, melakukan banyak hal tanpa mengeluh,
    Ayah ternyata motivator, dengan statemennya "jangan biarkan orang lain mencuri mimpimu". "Lakukan yang terbaik, yang kamu bisa"
    Benar-benar mereka adalah pasangan yang bersinergi dan menjalankan titah ilahi. yaitu berjuang bersama saling membahu. saling mendukung. Sungguh harta yang tak ternilai...

    Salut ada orang tua seperti mereka, selalu ingin bersama..

    ikut nangis juga.. hikz... terharu..

    ReplyDelete
  4. sering nelpon apa sering ditelpon hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. maksudnya telfon dan di telfon siapa ya? hehe

      Delete
    2. nelpon.. tapi kalo gak punya pulsa minta di telpon.. hehe
      klo mama sm ayah sih paling sukanya sms aja, biar murah. soalnya beda kartu ;p

      Delete
  5. Terharu ... ayah sumber motivasi yang amat kuat ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mama juga mbak :)
      tapi sekarang lagi edisinya bapak . hehe

      Delete
  6. aku pikir selama ini aku aja anak yang amat sangat sayang pada ayahnya. Eh, ternyata kamu juga. Aku selalu mengklaim bahwa aku anak ayah. baca tulisanmu, aku jadi kangen sama almarhum ayahku.

    ReplyDelete
  7. Kata Ayah memang mnyisakan kenangan tersendiri bagi tiap orang. Terlebih Ayahnya memiliki kekurangan namun sikap optimisnya dan perjuangan hidupnya mungkin lebih dibanding orang lain yang lebih "sempurna" ya.
    Salam hormat untuk semua ayah di dunia yang mendedikasikan hidupnya untuk kebahagiaan keluarga.
    Semoga selalu dalam limpahan kasih sayang dan Rahmat Allah SWT... aamiin.

    ReplyDelete

© Vanisa Desfriani. Design by FCD.