22 October 2019

Antara Bandung-Madiun

Hari kamis lalu, budhe nge-Whatsapp sha kalau mbah mau ke Bandung.

Malamnya sepulang kerja, sha tanya mama dan ternyata kedatangan Mbah ke Bandung di tunda jadi hari kamis karena ketinggalan kereta.



Awalnya waktu mama bilang mbah mau ke bandung sendirian di usianya yang ke 75. Sha sangat khawatir. Sampe sha minta sepupu buat nemenin tapi katanya kalo mbah bisa ke bandung sendiri karena kereta api yang sekarang aman dan bagus.

Sha jadi flashback ke banyak kejadian naik kereta api antara Bandung-Madiun ini.

Suatu waktu pas sha kelas 3 SMP. Ini pertama kalinya sha naik kereta sendiri, diantar bapa ke stasiun. Naik kereta dan gak dapat tempat duduk sampe sha duduk di lorong antar kursi. Saat itu, banyak yang lewat, setiap kali berhenti di stasiun, ada banyak orang yang masuk dan menjajalkan berbagai dagangan. Nasi rames, kacang, koran, hingga kipas buatan tangan.

Di waktu yang lain, sha berdua sama mbah naik kereta. Waktu itu, pertama kalinya sha punya handphone. Masih sha ingat jelas, HP sony ericson berwarna biru. Lalu seorang pria yang duduk di depan sha dan mbah, mengingatkan sha karena rawan kecopetan. Beberapa jam berselang, pria di depan sha tidur. Lalu kereta berhenti, karena kursi kami tak jauh dari pintu. Banyak orang lalu lalang, berdesakan antara yang mau turun dan naik kereta serta yang akan menjajakan makanan. Saat kereta bergerak, pria di depan sha sadar bahwa handphone nya hilang dalam sekejap.

Di antara perjalanan bandung-madiun lain yang sha lewati. Seorang ibu tiba-tiba berteriak. Laptop di mejanya diambil dalam sekejap oleh pria yang langsung melompat dari kereta yang mulai melaju.

Itu adalah 3 dari sekian banyak cerita yang sha alami dalam perjalanan Bandung-Madiun di masa lalu.

Sekarang? ada banyak perjalanan lain yang sudah sha buat dan selalu menyenangkan. Tak ada lagi cerita-cerita seperti itu karena Transportasi di Indonesia sudah jauh lebih baik.

Membeli tiket kereta, tak perlu antri dan jauh-jauh pergi ke stasiun. Cukup lewat handphone atau ke minimarket terdekat.

Bisa pilih kursi, Bisa pesan makanan untuk perjalanan kita. Bahkan untuk Lansia seperti mbah. Bisa mendapatkan tarif khusus yang menyenangkan.

Masuk ke stasiun kereta api yang bersih, suara lonceng yang khas, naik kereta yang tak berdesak-desakan, di dalam kereta yang dingin ber-AC, setiap orang punya tempat duduk, ada tempat charge dan segala hal yang dulu di rasa tidak mungkin.

Transportasi Indonesia sedikit demi sedikit berubah menjadi lebih baik, lebih aman dan nyaman bahkan untuk mbah sha bepergian sendirian.

Tak hanya kereta, jarak antara Bandung-Madiun pun sering kami tempuh dengan cara lain; sesekali kami menyewa taksi, menyewa mobil kerabat, hingga punya mobil sendiri.

Perjalanan darat yang panjang dari tahun ke tahun sempat kami lalui, dari 30 jam, 24 jam, 22 jam, 20 jam.

Hingga saat mudik kemarin, kami hanya menempuh waktu 18 jam. Suatu perubahan yang sangat luar biasa, tidak ada macet yang berarti hingga membuat pikiran dan tubuh lelah.

Antara Bandung-Madiun yang kami tempuh untuk bertemu keluarga tercinta, jarak yang tak terasa saat sudah berjumpa. Keselamatan, keamanan dan kenyamanan dalam menempuh jarak harus selalu kita perhatikan. Tetap taati peraturan, lengkapi keselamatan dengan menggunakan sabuk pengaman, helm apapun itu, berhati-hatilah ☺

Untuk informasi seputar transportasi silahkan cek Kemenhub ya,

Website : http://dephub.go.id
Twitter : https://twitter.com/kemenhub151
Facebook : https://www.facebook.com/kemenhub151
Instagram: https://instagram.com/kemenhub151

1 comment

  1. Iya benar, kalau flashback ke tahun di bawah 2010 duh jauh banget, sekarang benar-benar nyaman dan aman. Apalagi semenjak pemesanan lewat aplikasi, praktis banget dibanding dulu yang kudu ngisi formulir dan antre berjam-jam di loket 😅

    ReplyDelete

© Vanisa Desfriani. Design by FCD.