27 January 2019

Jalan kaki di Bandung

Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan,  yang bersamaku ketika sunyi.

Begitulah salah satu quote terkenal pidi baiq yang tertulis di dinding putih di jalan Asia Afrika Bandung. Sebagai warga bandung yang melewati area tersebut ratusan kali. Rasa-rasanya quote tersebut ikut menggema setiap kali melewatinya. Sha bahkan bisa melafalkannya dengan mata tertutup.

Seseorang yang mengenakan jaket merah berdiri tepat di bawah quote tersebut, dia menengok ke kanan dan ke kiri. Saat pandangannya tertuju pada sha, sha melambaikan tangan. Lalu menyebrang jalan.

Ini kali pertama sha ketemu mas Bimo, Blogger Makasar yang sedang berkuliah di Jogja.  Biasanya kami bertegur sapa lewat tulisan. Kini, bisa bertegur sapa secara langsung.

Ini kali pertama bagi mas Bimo mengunjungi Bandung. Kami berjalan menyusuri jalan Asia Afrika. Melewati banyak pemakai cosplay yang menyerupai berbagai karakter superman, kartun dan hantu.

Menyebrangi jalan Ir. Soekarno yang sedang ada festival. Melewati museum Asia Afrika yang sudah mas bimo kunjungi selagi menunggu sha pulang kerja.  Kami lalu berbelok ke jalan Braga melewati banyak bangunan bersejarah. Ada sarinah braga,

Berhenti di persimpangan. Mengabadikan kenangan di depan persimpangan bertuliskan braga. Lalu menyusuri jalan braga dengan lukisan-lukisannya. Sha bercerita bahwa sha memiliki satu lukisan yang mirip di rumah. Dua ekor kuda sedang berlari ditepian danau yang sampingnya di kelilingi pohon-pohon.

"Katanya braga mirip malioboro" Begitu mas bimo berkomentar. "Tapi lebih ramai malioboro" dia menambahkan. Sha melihat handphone: baru jam 3 sore dan cuaca lebih terik dari hari-hari sebelumnya yang selalu hujan. Coba datang lagi nanti malam, suasananya akan jauh berbeda di banding sekarang. Hanya itu yang sha sarankan. Apalagi nanti malam minggu.

Berbeda dengan malioboro yang di penuhi pedagang kaki lima, braga lebih banyak di isi oleh cafe-cafe cantik dan instagramable. Kadang, pada saat tertentu kita bisa melihat dan jajan di pedagang kaki lima yang memenuhi jalan hingga jalan braga di tutup.

Kami mampir di sebuah cafe di persimpangan jalan. Wikikoffee namanya. Memesan sepiring nasi dengan semangkuk tomyam plus ice tea. Duduk di kursi samping jendela. Melihat lalu lintas jalan braga yang cukup sibuk.


Kami bercerita dan sharing banyak hal. Tentang sha yang les sepulang sekolah hingga malam namun tak lulus sbmptn. Tentang mas bimo yang tak mempersiapkan apapun namun lulus dalam pilihan ke tiganya.

Tak luput kami membicarkan dunia blogger, media tempat kami bisa saling mengenal. Mengobrol tentang teman-teman blogger, kuliah dan pekerjaan.

Kami melanjutkan berjalan kaki diujung jalan braga, melewati landmark lalu menunggu kereta api lewat. Berfoto dibawah papan nama jalan braga yang terkenal.  Membahas tentang gedung Bank Indonesia di belakangnya yang desain arsitekturnya mirip gedung bank Indonesia di Jogja dan solo.



Kami menyebrang jalan. Membahas zebra cross Bandung yang di desain sedemikian rupa sepanjang kami jalan kaki. Ada yang menyerupai suling, papan catur, ular tangga. Tentang bagaimana zebra cross memiliki aturan international yang mengharuskan hitam putih dan zebra cross yang penuh seni agar warganya sadar akan pentingnya menyebrang jalan sesuai tempatnya.

Kami berjalan memasuki area kantor walikota. Berjalan memutar melihat taman vanda salah satu tempat syuting preman pensiun. Sayang, saat ini sepertinya air mancur di sana tak pernah di nyalakan kembali.


Kami menggosipkan ibu Inggit Garnasih saat melihat patung ibu dewi sartika, menyelami kembali sejarah kisah cintanya dengan pa soekarno jaman dahulu kala.

Meski berada satu area, balai kota Bandung memiliki beberapa taman sekaligus. Tentu saja, taman balai kota adalah poin utamanya. Kami juga melewati taman love dengan gembok-gembok yang sudah berkarat. Apakah cinta akan usang sebagaimana gembok-gembok tersebut? Who knows. Pada Akhirnya hubungan Ibu Inggit Garnasih pun berakhir dengan perceraian.


Lalu ada taman badak, jaman dahulu bandung menjadi tempat bersarangnya badak putih bercula satu sebagaimana patung yang ada di taman badak. Bahkan rumah sakit tempat sha bekerja, banyak yang menyebutnya ranca badak. Ranca yang merupakan bahasa sunda dari rawa. Ranca badak yang berarti rawa tempat berkumpulnya badak.


Sha jadi photographer di taman labirin, sebuah taman membentuk labirin yang terkenal di instagram. Mas bimo bercerita kalau malam sebelumnya mencari lokasi taman labirin ini dan gak ketemu. Makanya seneng banget diajakin ke sini.


Kita berjalan keluar dari balai kota, mas bimo kaget melihat anak-anak kecil berenang di kolam yang dangkal yang merupakan bagian dari taman sejarah.


Melihat tokoh-tokoh Bandung dalam ukiran akrilik kaca yang berjejer rapi. Membaca sejarah Bandung di era wiranatakusumah dalam ukiran berwarna coklat yang terpasang di dinding.



Kami bermaksud untuk memasuki Bandung Planning Gallery. Namun Sayang, sudah tutup. Memang saat itu sudah jam setengah lima sore. Kami lalu menyebrang jalan, mengunjungi museum kota Bandung yang belum lama ini baru di resmikan.



Sebuah gedung dengan arsitektur yang cantik. Pintu yang terbuka lebar lalu sebuah meja tempat kita menulis daftar tamu. Di setiap dinding terdapat gambar dan tulisan sejarah kota Bandung. Di langit-langit terdapat berbagai macam koran dan potongan majalah yang tergantung. Baru dua ruangan saja yang di buka, bagian ruangan lain masih di tutup.

Di bagian samping terdapat patung ibu Inggit Garnasih. Lalu sedikit taman yang di penuhi oleh tanaman.


Kami kembali ke alun-alun Bandung. Duduk diatas karpet hijau bersamaan dengan ratusan orang di sana sambil Menikmati senja. Hingga akhirnya sha pulang dan kami melanjutkan kisah perjalanan masing-masing.

Gimana cerita jalan kaki sha, agak berfaedah karena biasanya jalan ya jalan aja. Yang tanpa sha sadari sha juga tau dikit tentang kota sendiri.

Tertarik ke Bandung juga? Cuss pesen tiket kereta atau pesawat lewat pegi-pegi. Bisa pesen hotelnya juga. Salah satu platform favorite sha tiap kali travel. Waktu ke Malaysia tahun lalu, sha pesen tiketnya di sini juga. Gampang. Tinggal pilih tanggal yang sesuai, masukin identitas terus bayar. Kalau jadi ke Bandung, jangan lupa kabarin sha yaa, biar bisa ketemu di dunia nyata 😊

Kalau sha ke kota kalian, bakal di temenin jalan-jalan juga gak nih? Hehe

27 comments

  1. Jalan Braga ini kalau malem makin ramai ya, Teh? Apalagi kalo pas weekend?
    Masih nyimpen janji mau walk trip di sekitar kawasan ini aku. Semoga bukan wacana. Heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya banget.

      Lah, kemaren waktu ke bandung cm ke pangalengan aja?

      Delete
    2. Iyak wkwkwkw. Mau ke kebun teh ciwidey juga gak jadi. Pas otw ke kebun teh, lewat jalan tembusan gitu. Nggak enak jalannya masih bolong-bolong. Takut motornya kenapa kenapa malah mampir ke hutan pinus rahong, naruh motor terus jalan ke kebun teh di sekitarnya wkwkwkw.
      Abis itu pulang udah sore, kehujanan di Banjaran udah mau ke Buahbatu. Nyampe Bandungnya super macet, untung deh nggak telat naik kereta baliknya.

      Aku belum cerita ini ya. Hahaha :p

      Delete
  2. Dadi dulu terpikir mau jalan kaki atau sepedaan muter Braga. Sampai sekarang belum sempat.

    ReplyDelete
  3. Jadi kangen aslinya jalan kaki d.Bandung, Teh. Dulu tepatnya 2014 atau 2015 ya, sampe lupa. Main ke Bandung jalan kaki disananya, dan masih ingat banget sepatuku jebol. Sampe di seret sedikit-sedikit jalannya. Takutnya jalan cepet langsung copot, malu deh :(

    Untung aja ketemu yang jualan sendal dengan tulisan Bandung. Cukup beruntung, karena bisa sekalian dijadikan oleh-oleh. Kalau ke sana lagi minta d.anter lah ke teh Sha. Dulu mah temen-temen yang di Bandung lagi sibuk, jadi gak bisa anter. Alhasil jalan sesuai keinginan, ngandelin maps. Hujan turun neduh, dan ingat neduh di taman Jomblo.

    Neduh sembari foto, reda langsung ke gedung sate, meskipun waktu itu panas, es kelapa mudah dan batagornya cukup membuat tenaga pulih kembali. Sebentar memang, tapi penuh kenangan :)

    Hujan terus gak, Teh di Bandung sekarang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kenangan bangeet itu mah ndi. sha juga sempet ngalamin jalan2 terus copot sendal akhirnya beli swallow hahahaha

      masih hujan, tapi gak tiap hari banget. sore-sore seringnya :)

      Delete
  4. Paling suka ngadem di taman balai kota yang penuh kenangan hahha

    ReplyDelete
  5. Ke Braga itu enaknya hunting foto, banyak latar vintage yang cucok uat foto-foto. Jadi gimana selanjutnya sama Mas Bimonya? #eh

    ReplyDelete
  6. Mas Bimo Aji bukan?

    Aaaak jadi kangen Bandung, dulu pernah melewati rute yang mirip hehehe.

    Dan favorit tentu saja skitar Balaikota yang adem. Dulu cuma ada taman Balaikota, sekarang udah ada macem-macem ya :D

    ReplyDelete
  7. Jalan kaki di Bandung mah enak, adem. Apalagi kalau suasana lagi mendung - mendung syantiek gitu, enakeun yah.

    ReplyDelete
  8. 5 thun di Bandung belum pernah ke taman badak :(

    ReplyDelete
  9. Keren ceritanya, sayangnya aku gak bisa ikut.

    ReplyDelete
  10. Terakhir kali ke Bandung, taman di area walikota belum selesai, sedih kali laah.. bagus ya tamannyaa

    ReplyDelete
  11. itu gedung yg bacaan landmark udah kaya maen getrich ya :D

    ReplyDelete
  12. pernah ambil gambar quote di dinding tu masa travel di Bandung 2015..
    tapi sekadar dalam kenderaan saja, tidak turun menjengah kawasan

    ReplyDelete
  13. selalu menghadirkan foto-foto yang keren dan bagus-bagus kalau postingan jalan-jalan. Jadi nyaman bacanya sha

    ReplyDelete

© Vanisa Desfriani. Design by FCD.