30 March 2015

A Patient

Huft, rasanya hari ini puncak dari hipersensitif, mood swing dll yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Dimulai dari gagal nonton konser 2pm karena harus kerja dan hari itu kebagian kerja siang dari jam 14.00 sampe jam 21.00 sedangkan konser jam 18.30 yang sukses bikin nangis bombay karena lihat foto temen yang jadi nonton konser dan diakhiri dengan kejadian satu jam yang lalu. Pasien dengan lantang bilang, "Awas ya! Gue tuntut!" dan klik. Telfon dimatikan.

Sebagai tenaga kesehatan yang, yah tak hanya satu atau dua kali mendapat perlakuan kurang sopan dari segala macam tingkah laku manusia. Toh, kita pun juga manusia kan. Isha yakin, perlakuan yang seperti ini pasti pernah dialami oleh semua tenaga kesehatan.

Ibu tadi menelfon dan menanyakan ketersediaan kamar rawat inap, dan Isha sudah jelaskan bahwa semua kamar penuh. Dan kalau mau, bisa waiting list terlebih dahulu. Sejam/dua jam kemudian ibu tersebut telfon kembali, menanyakan hal yang sama, menjelaskan hal yang sama. Namun Ibu tersebut dengan amat sangat memaksa untuk bisa masuk kamar rawat inap saat itu juga. Kondisi pasien saat itu lemas dan si Ibu mengira bahwa pasien membutuhkan infus sehingga Isha menyarankan untuk ke puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan terdekat terlebih dahulu. Namun ibu tersebut tidak mau dan berakhir dengan teriakan serta kata "tuntutan".

Well, Isha sendiri sebenarnya memahami betul bagaimana kecemasan dan kegelisahan kita saat orang yang kita sayangi sakit. Namun disaat seperti itu, kita sejatinya harus mampu mengendalikan emosi karena hal itupun ternyata sangat berpengaruh bagi pasien dan orang lain disekitarnya. Jika mengikuti ego, jujur saja saat ada yang meminta bantuan terhadapmu dengan cara yang tidak sopan dan teriakan yang membuat telinga berdenging, apakah kau akan membantunya? secara spontan pasti menggeleng. Apalagi ditambah dengan "Tuntutan".

Namun, manusia dianugerahi Hati dan juga pikiran yang membuat kita tersenyum dan mengangguk atas perlakuan itu.

Dan jika semua bed dan ruangan penuh, apa yang bisa kita lakukan? mengusir mereka yang sedang berbaring untuk anda? jelas tidak. Dan tentu saja itu bukan wewenang kami. Jujur saja, saat sakit, merekalah yang merasa "paling". Saat jelas sudah ada antrian, meminta didahulukan dengan alasan rumah jauh padahal masih di jakarta juga, rumah di luar kota padahal banyak pasien dari luar provinsi bahkan luar pulau. Banyak sekali alasan yang dilontarkan bahkan tak jarang dibumbui dengan kebohongan.

Dengan sekali klik di google, kita bisa menemukan beribu macam keluhan terhadap petugas kesehatan maupun rumah sakit. Namun tahukah bahwa itu bukan keinginan kita? bahwa kami pun ingin melakukan yang terbaik? Ada batas yang tidak bisa kita lewati begitu saja. Masih teringat saat Isha menjaga mbak yang sudah dalam keadaan koma, namun hanya ditempatkan di ruang rawat biasa dan menunggu ICU kosong hingga akhir hayatnya. Isha tahu betul bahwa setiap rumah sakit memiliki ruang ICU hanya dalam hitungan jari. Namun yang membutuhkan ruangan itu melebihi jumlah jari tangan dan kaki. Sehingga pasien dengan kondisi gawat daruratlah yang diutamakan sedang yang masih bisa dilakukan penanganan masuk dalam "waiting list".

Maka dari itu, marilah kita belajar lebih bersabar dan bersyukur. Pernah suatu ketika ada seorang nenek yang begitu lembut saat meminta bantuan, bahkan mendoakan tanpa diminta. Rasanya segala lelah luntur saat itu juga. 

Bukankah saat seseorang sakit, dosa-dosanya akan berguguran? namun bagaimana jika seseorang itu seperti yang Isha ceritakan tadi? Entahlah, Isha rasa curhatan di hari senin ini -yang jumlah pasiennya dua kali lipat lebih banyak- cukup sampai di sini. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan. Aamiin

7 comments

  1. Yang sabar yah mba,.
    Nama'a juga hidup dimana ada duka dan senang

    ReplyDelete
  2. Sabar ya Isha :)
    Semoga kamu senantiasa dianugerahi sabar yang berlimpah sebagai tenaga kesehatan.
    Saya paham betul keinginan seorang tenaga kesehatan pasti memberikan yang terbaik kepada pasien. Tapi, ya manusia terkadang terlalu durjana dengan ego. Semoga Allah senantiasa memberi kita kesehatan hati.

    ReplyDelete
  3. sabar ya mbak :)
    Semoga Allah senantiasa memberi kita kesehatan hati :) amiiiin

    ReplyDelete
  4. Yang sabar ya, Shaaaa.. Kadang kita terpaksa harus legowo dalam menghadapi sesuatu, terutama bekerja dalam bidang yang mengharuskan bersosialisasi dengan masyarakat.. :(

    ReplyDelete
  5. Isha... Aku sebenernya salut lho sama mereka yg bekerja di bidang pelayanan kesehatan. Karena mereka gak hanya dituntut kerja bagus, namun rasa sosial yg tinggi. Yg tabah ya Mbak saat menghadapi kerikil tajam... Semoga berbuah berkah :)

    ReplyDelete

© Vanisa Desfriani. Design by FCD.